LAMPUNG (SIB)
Target produksi udang nasional pada tahun ini dinilai sulit tercapai. Pasalnya, pola budi daya yang diterapkan salah dan adanya serangan penyakit.
“Target produksi udang tahun ini sulit tercapai, kondisi ini akan memengaruhi pasokan ke industri pengolahan,” kata Dirjen Budi Daya Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Made L Nurdjana di sela Indonesia Shrimp Farmer’s Day di Lampung, Selasa (5/10).
Made menyebutkan sejak ta hun 2008, produksi udang na sional cenderung menurun dari 410 ribu ton menjadi 350 ribu ton tahun 2009. Dan tahun ini diprediksi kembali turun sekitar 12 persen dari target produksi di level 350 ribu ton.
Penurunan produksi udang itu lebih dikarenakan serangan penyakit dan pola budi daya yang salah.
“Seharusnya dalam satu kolam itu rata-rata ditebar 150 ekor per meter persegi, tetapi yang terjadi banyak petambak yang menebarkan 400 ekor udang dalam satu kolam untuk mencapai hasil panen besar tetapi itu pola yang salah. Kepadatan udang dalam kolam rawan memicu penyakit dan kematian udang,” ungkap dia.
Untuk itu, Made berharap petambak memperhatikan kapasitas tebar udang dalam kolam untuk mempertahankan budi daya udang yang berkelanjutan. Jika pola seperti itu diterapkan, kapasitas pasok untuk industri pengolahan udang diharapkan bisa meningkat. Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengungkapkan penyakit udang menyebar di beberapa sentra produksi mulai dari Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Upaya untuk mencegah penurunan produksi udang pun dilakukan, di antaranya dengan memberikan bantuan benur udang (vaname satu) yang tahan penyakit.
Sebelumnya, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Martani Husaeni menyebutkan, potensi pasar produk budidaya perikanan, khususnya udang cukup besar. Hanya, masalahnya, produksi udang nasional relatif terbatas.
“Pasar luar negeri siap menyerap, China itu membutuhkan udang sampai satu juta ton. Yang jadi masalah, kesiapan produksi. Sampai saat ini produksi nasional hanya 350 ribu ton pertahun.”
Tahun ini kemampuan China memproduksi udang hanya sebesar 600 ribu ton pertahun. Melihat tren konsumsinya yang meningkat, maka tahun 2011, negara China akan mulai menjadi net importir dan 2012 negara itu akan mengalami defisit udang.
Made juga meminta masyarakat mencoba alternatif budi daya ikan nontambak, di antaranya budi daya ikan hias akuarium maupun skala hatchere (menengah).
”Budi daya ikan hias perlu dikembangkan dalam skala kecil oleh rakyat, dan ini bisa dijadikan alternatif untuk budi daya. Potensi pasar ikan hias masih sangat besar, jadi pembudi daya harus mengambil peluang ini,” papar dia.
Made menambahkan saat ini pasar ekspor ikan hias di Cina, Singapura, dan Malaysia cukup besar. Jika pembudi daya bisa mengembangkan dalam skala hatchere maka potensial bisa menembus pasar ekspor yang masih terbuka.
Koordinasi Internasional
Sementara itu, penanganan over fishing di laut dinilai perlu koordinasi di tingkat internasional. Pasalnya, ke amanan pangan dan over fishing (illegal, unregulated, unreported) sudah memprihatinkan.
“Untuk itu, perlu komitmen internasional untuk penangananya. Kita akan bawa isu ini di Apec Ocean Related Minister Meeting (AOMM3),” kata Fadel Muhammad sebelum berangkat ke ajang AOMM3 di Peru, Selasa (5/10).
Fadel menambahkan koordinasi persoalan kelautan dan keamanan pangan sudah mendesak untuk itu dalam forum tingkat menteri di Peru, Indonesia, akan mendorong lahirnya deklarasi tingkat menteri. Beberapa agenda utama di antaranya isu perlindungan dan pembangunan laut yang berkelanjutan.
Jika forum tersebut tidak serius menghasilkan deklarasi, maka Indonesia akan mendesak adanya kepastian aturan mengenai pentingnya perlindungan laut.
“Harus ada langkah konkret untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dalam pertemuan tingkat menteri. Dan para menteri sepakat melakukan promosi terkait kesadaran dan partisipasi mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap laut,” ungkap dia. (Sumber :hariansib.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar