Selasa, 05 Oktober 2010

Penyebab pertumbuhan Udang lambat

Ada beberapa kemungkinan penyebabnya. Antara lain karena benur berasal dari induk yang kurang bagus sehingga pertumbuhannya lambat atau kualitas air fluktuatif selama periode budidaya atau bisa juga karena serangan penyakit. Dari tanda-tanda yang dikemukakan, kemungkinan udang vannamei anda terkena IHHNV. Inang favorit virus ini adalah udang rostris.

Infeksi IHHN bersifat akut dan kronis. Pada udang rostris, IH bersifat akut dan mengakibatkan kematian massal (lebih dari 90%). Pada udang vannamei serangan bersifat kronis dan tidak menyebabkan kematian masal, tetapi menyebabkan runt deformity syndrome (RDS) seperti rostrum bengkok, abdominal segmen 6 mengecil dan udang tumbuh lambat (udang blantik/kuntet). Penyebaran penyakit ini bisa horizontal maupun vertikal. Udang yang terserang kronis (sub-klinis) bisa menjadi sumber penularan dan penyebaran virus.

Pada P. monodon, kasus-kasus IHHN tidak pernah ada laporan gejala klinis yang spesifik atau khas. Gejala biasanya berupa menurunnya konsumsi pakan diikuti kanibalisme karena sebagian udang mulai kelihatan lemah. Pada stadium ini akan terlihat bintik putih (berbeda dengan WS) pada cuticular epidermis.

Kerusakan jaringan yang disebabkan oleh infeksi IHHNV adalah inclusion intranuclear di sel insang. Infeksi juga terlihat pada sel epitel di bawah kulit (hypodermal) dan organ haematopoietic, antennal gland, gonads, lymphoid organ syaraf dan jaringan ikat. Saat ini sudah tersedia diagnosa konfirmatif dengan teknik PCR dan dot blot hibridization untuk memastikan apakah udang terserang IHHNV atau tidak. Anda bisa mengirim sampel untuk diuji PCR pada beberapa laboratorium yang sudah memiliki primernya. Sampai saat ini tindakan penanggulangan penyakit ini hanya eradikasi total (pemusnahan dan desinfeksi) lalu dengan tebar benur yang bebas virus.

Di masa depan usaha pengendalian penyakit viral dengan:

1. Program selective breeding yang menghasilkan benur SPF atau SPR.

2. Alat diagnostik penyakit yang handal.

3. Penerapan konsep biosecurity yang ketat,

4. Pemakaian teknologi closed system,

5. Peningkatan sistem kekebalan tubuh udang dengan imunostimulan

6. Manajemen kualitas air yang dapat menghindari stres sehingga tidak memicu penyakit.

Beberapa faktor stres yang bisa memicu penyakit:

? Fluktuasi kualitas air misalnya karena ganti air sehingga menyebabkan perubahan mendadak pada salinitas, suhu, pH dan kesadahan..

? Kualitas air yang ekstrem terutama salinitas, suhu dan pH.

? Kadas oksigen terlarut (DO) rendah

? Adanya pestisida atau racun lain di air tambak walaupun dalam jumlah sedikit (sub-lethal), seperti ammonia dan H2S

? Kematian phytoplankton yang merusak kestabilan kualitas air

? Kenaikan total suspended solid (TSS)

? Adanya infeksi sekunder seperti Vibrio dan parasit.

Sumber: Majalah TROBOS

Tidak ada komentar: